Mulyadi ajak kader NU Kawal Esensi Dakwah Islam Wasathiyah dan jaga Keutuhan NKRI.

Gambar: Sambutan Mulyadi



Mempawah, Teraskalbar.com - Dalam rangka menghadiri pelantikan Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Mempawah masa khidmah 2020-2024 beberapa waktulalu, Mulyadi selaku wakil ketua Tandfiziyah PCNU kabupaten Mempawah mengajak seluruh Kader NU di Mempawah untuk mengawal dan Menjaga Eksistensi Amalan Islam Ahlussunnah waljamaah Annhdiyah ditengah tengah masyarakat.

"Dewasa ini kita dihadapkan pada munculnya kelompok Islam yang intoleran, eksklusif, mudah mengkafirkan orang, kaku, dan kelompok yang mudah menyatakan permusuhan dan melakukan konflik. bahkan bahkan tak jarang melakukan kekerasan terhadap sesama muslim yang tidak sepaham dengan kelompoknya" ungkap mulyadi

Selain itu kita juga dihadapkan pada munculnya komunitas Islam yang cenderung liberal dan permisif . Kedua kelompok tersebut tergolong kelompok ekstrem kanan (tatharruf  yamini) dan ekstrem kiri (yasari), yang bertentangan dengan wujud ideal dalam mengimplementasikan  ajaran Islam di Indonesia bahkan dunia.  

"bagi kita bangsa Indonesia menolak pemikiran atau paham keagamaan dan ideologi  serta gerakan kedua kelompok tersebut,  karena tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dianut dan dibangun bangsa Indonesia" katanya

Islam wasathiyah sejatinya merupakan ajaran ulama nusantara yang selama ini dianut dan diamalkan oleh umat Islam di nusantara. Namun setelah terjadinya revolusi teknologi informasi, di mana semua paham keagamaan bisa diakses dengan mudah dan bebas oleh masyarakat, maka mulailah ajaran keagamaan yang awalnya tidak dikenal di Indonesia dan berkembang di negara lain, mulai masuk dan diajarkan di Indonesia. Termasuk ajaran keagamaan yang radikal yang bisa membimbing pemeluknya melakukan tindakan teror. Karena itu merupakan hal yang sangat penting untuk mengembalikan umat Islam kepada ajaran ulama nusantara. Antara lain dengan mengembalikan pemahaman Islam wasathiyah. 

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 143 yang artinya : “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam); umat pertengahan (yang adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.

Karena kadang -kadang ada pihak  yang mengatasnamakan Islam, paham Islam Wasathiyah bisa menjadi pedoman. 

"Islam Wasathiyah adalah Islam yang moderat, tapi bukan berarti tidak memiliki prinsip dan meninggalkan ibadah" tegasnya

Istilah wasathiyah berasal dari Al-Qur’an yang berarti umat yang tengah-tengah.  maksud umat tengah-tengah berarti umat yang bersikap adil. "Tidak berada di (ekstrem) kiri atau kanan" ujar Wakil ketua Tanfiziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kab. Mempawah

Belakangan ini, istilah Islam Wasathiyah mendunia berkat kampanye Pangeran Muhammad bin Salman dari Arab Saudi ke negara-negara Barat. Pangeran Muhammad ingin menunjukkan bahwa Arab Saudi mengarah lebih moderat. Kebijakan moderat ditunjukkan dengan keleluasaan bagi perempuan di ruang publik.

Mulyadi  berpendapat, moderat dalam Islam bukan berarti tidak punya pendirian dan sikap, apalagi meninggalkan ibadah dan ajaran agama. 

"Islam Wasathiyah menjadikan Islam sebagai Rahmat bagi seluruh alam semesta. Rahmat Islam berlaku bagi seluruh umat manusia sekaligus binatang. Oleh karena itu, Islam Wasathiyah harus saling menyayangi dan berbagi". tambahnya

Selain itu, Islam Wasathiyah cenderung memilih pilihan yang mudah serta tidak berlebihan dalam segala hal.  cara beragama semacam itu dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang beribadah tanpa kehilangan sisi manusiawi.

"Kita harus adil dalam beribadah. Nabi tidak bersikap ekstrem dan tetap mengakui sisi kemanusiaan" ujar wakil ketua PCNU kab Mempawah yang juga mantan ketua GP ansor kab mempawah dua periode itu

Dalam beragama tidak boleh memaksa. Jangan seakan-seakan merasa Rahmat Allah tidak akan turun kepada orang lain" Ujar Mulyadi

Keseimbangan atau tawazun adalah ciri terakhir dari Islam Wasathiyah. Seimbang berarti adil dalam membagi porsi dalam beribadah. Mulyadi mencontohkan, Nabi Daud membagi waktunya sepertiga sebagai nabi, raja, dan bermunajat.

Ia menjelaskan, setiap Nabi punya Risalah dengan syariat masing-masing. Untuk itu, Islam sebagai agama akhir zaman harus mampu menyesuaikan pada keadaan. "Harus tengah-tengah, paham kapan harus tegas dan kapan dengan pendekatan cinta" tutup mulyadi

Penulis: Li_Mpw, editor: Ry




Post a Comment

0 Comments